Ketua Komisi Luar Negeri MUI Riau, Prof Edi Erwan: Krisis Pangan Global Mengintai, Ini Ancaman Nyata

Ketua Komisi HLKI MUI Riau, Prof. Edi Erwan, S.Pt, M.Sc., Ph.D memberikan materi pada Seminar internasional yang digelar Komisi HLKI MUI Provinsi Riau
PEKANBARU - Seminar internasional yang digelar Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional (HLKI) MUI Provinsi Riau di Hotel Evo, Pekanbaru, Sabtu (27/9), menghadirkan analisis yang terkini: polarisasi geopolitik dunia terbukti menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan global.
Ketua Komisi HLKI MUI Riau, Prof. Edi Erwan, S.Pt, M.Sc., Ph.D., dalam paparannya menegaskan bahwa konflik Rusia–Ukraina, rivalitas Amerika Serikat–Tiongkok, hingga pembatasan ekspor pangan, telah mengguncang rantai pasok internasional.
“Krisis pangan bukan lagi sekadar isu ekonomi atau politik, melainkan ancaman kemanusiaan global. Ratusan juta orang sudah terdampak kelaparan, dan situasi ini bisa semakin parah,” ujar Prof Edi.
Menurutnya, ada empat dimensi ancaman utama dari krisis pangan ini: ekonomi, sosial, politik, dan kemanusiaan.
“Kenaikan harga pangan memicu inflasi global, sementara masyarakat miskin semakin rentan terhadap malnutrisi. Tidak menutup kemungkinan krisis ini memicu konflik dan migrasi paksa di negara-negara rentan,” jelasnya.
Data dari World Food Programme (WFP) mencatat ratusan juta orang di Afrika dan Asia Selatan sudah merasakan dampak langsung dari lonjakan harga gandum, beras, jagung, hingga minyak nabati. Polarisasi geopolitik juga memperparah kesenjangan antarnegara.
Edi menilai mitigasi harus dilakukan segera, baik di level global maupun nasional. Di tingkat internasional, ia mendorong penguatan kerja sama multilateral melalui FAO, WFP, G20, dan WTO, serta diplomasi pangan sebagai sarana perdamaian.
“No one left behind. Kita harus membangun cadangan pangan regional agar tidak bergantung sepenuhnya pada blok besar dunia,” tegasnya.
Sementara di level nasional, ia menekankan pentingnya kolaborasi antarnegara berkembang, pengelolaan cadangan pangan, hingga penguatan riset pertanian.
“Indonesia harus memperkuat kemandirian pangan dengan diversifikasi produk lokal. Jangan sampai kita jadi korban permanen dari krisis global,” katanya menegaskan.
Seminar yang dihadiri akademisi, tokoh masyarakat, dan perwakilan lembaga internasional dari Malaysia, Ormas Islam, ini menjadi pengingat bahwa pangan adalah hak asasi manusia.
Krisis pangan, jika tidak ditangani dengan cepat, berpotensi menciptakan instabilitas sosial dan politik berkepanjangan.
Pesan kuat dari forum ini jelas: krisis pangan global bukan ancaman jauh di depan mata, melainkan kenyataan yang sudah terjadi hari ini.
MUI Riau berharap hasil seminar ini dapat memperkuat solidaritas global dan mendorong pemerintah Indonesia lebih tegas membangun kedaulatan pangan nasional.
Editor :Yefrizal