Dr Yudi Irwan Tekankan Peluang Wisata Halal Digital di Era 5.0 pada TOT MUI Riau

Dr. Yudi Irwan, M.E., Sy., saat tampil sebagai narasumber dalam kegiatan TOT Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau, yang digelar di Pekanbaru, Rabu (23/10/2025).
PEKANBARU – Transformasi digital di era Society 5.0 menjadi peluang besar bagi pengembangan ekonomi syariah, khususnya sektor wisata halal. Pesan itu disampaikan Dr. Yudi Irwan, M.E., Sy., saat tampil sebagai narasumber dalam kegiatan Training of Trainer (TOT) Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau, yang digelar di Pekanbaru, Rabu (23/10/2025).
Dalam pemaparannya, Dr. Yudi menegaskan bahwa era 5.0 bukan hanya tentang kecanggihan teknologi, tetapi tentang kemampuan manusia memadukan inovasi digital dengan nilai kemanusiaan dan spiritualitas Islam.
“Teknologi akan terus berkembang, tetapi nilai manusia seperti empati, kejujuran, dan integritaslah yang membuat kita tetap relevan di dunia digital,” ujarnya di hadapan peserta yang terdiri dari pelaku UMKM, akademisi, dan pegiat ekonomi syariah.
Menurutnya, wisata halal merupakan sektor strategis yang terus menunjukkan pertumbuhan pesat secara global. Berdasarkan Global Muslim Travel Index (GMTI), nilai pasar wisata halal dunia kini menembus lebih dari USD 300 miliar, dengan proyeksi 230 juta wisatawan Muslim pada tahun 2028.
“Indonesia memiliki posisi unggul karena sudah diakui sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia pada 2019 dan 2023,” tegasnya.
Dr. Yudi menjelaskan, kunci keberhasilan bisnis di era digital terletak pada integrasi antara teknologi dan prinsip syariah. Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan Augmented Reality (AR) dinilainya dapat membantu promosi pariwisata, mengenali preferensi wisatawan, serta memperluas jangkauan pasar internasional.
“Bisnis digital bukan sekadar hadir online, tapi perubahan cara berpikir, berinovasi, dan melayani dengan nilai syariah,” jelasnya.
Selain peluang besar, ia juga menyoroti sejumlah tantangan di era digital, mulai dari rendahnya literasi teknologi, isu keamanan data, hingga etika bisnis berbasis nilai Islam. Karena itu, ia menilai pelatihan seperti TOT yang digelar MUI Riau penting untuk memperkuat kapasitas pelaku usaha Muslim.
“Kita harus membangun budaya inovasi yang berlandaskan Islam Wasathiyah, dengan tanggung jawab sosial dan etika bisnis yang kuat,” tambahnya.
Sebagai contoh, ia menyinggung keberhasilan Lombok yang kini menjadi ikon wisata halal dunia berkat digitalisasi layanan dan kolaborasi dengan platform daring seperti HalalTrip dan Traveloka.
“Era Society 5.0 bukan menggantikan manusia dengan mesin, tapi mengoptimalkan manusia melalui teknologi. Jadilah pelaku bisnis dan dai yang memadukan digitalisasi dengan nilai kemanusiaan,” pungkas Dr. Yudi, yang juga dikenal sebagai Da’i Preneur dan pendiri Andalusia Indonesia Training.
Acara TOT MUI Riau ini diakhiri dengan semangat bersama memperkuat dakwah ekonomi berbasis digital sebagai langkah strategis menuju kemandirian umat di era 5.0.
Editor :Yefrizal