Ketua KPK MUI Riau Dr Hartono Tekankan Transformasi Digital dalam Kurikulum PAI SMA

Ketum MUI Riau Prof. Dr. H. Ilyas Husti MA bersama Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi (KPK) MUI Riau, Dr. Hartono, M.Pd., memaparkan materi bertajuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Era Society 5.0.
PEKANBARU – Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi (KPK) MUI Riau, Dr. Hartono, M.Pd., memaparkan materi bertajuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Era Society 5.0 dalam acara Terpumpun Telaah Kurikulum PAI di Sekolah Menengah Atas yang digelar Komisi Pendidikan dan Kaderisasi (KPK) MUI Provinsi Riau di Hotel Evo, Pekanbaru.
Ia menegaskan bahwa kurikulum PAI harus segera bertransformasi digital agar tidak tertinggal menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 dan era super smart society.
Dalam paparannya, Dr. Hartono menyampaikan fakta mencengangkan bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia masih tertinggal di peringkat 87 dari 157 negara.
“Menurut riset Bank Dunia, Indonesia butuh 45 tahun untuk mengejar ketertinggalan pendidikan dan 75 tahun dalam ilmu pengetahuan. Jika tidak bertransformasi, kita akan semakin jauh tertinggal,” tegasnya, Minggu (28/9/2025).
Ia juga menyinggung hasil penelitian McKinsey yang memprediksi sekitar 52,6 juta jenis pekerjaan akan hilang dalam lima tahun ke depan akibat disrupsi teknologi. Hal itu, menurutnya, menjadi alarm penting agar kurikulum PAI di SMA mampu menyiapkan generasi yang bukan hanya cerdas digital, tetapi juga berakhlak mulia.
“Teknologi bisa menggantikan manusia dalam mengolah ilmu pengetahuan, tetapi tidak pernah bisa menggantikan manusia dalam mentransformasi nilai. Di sinilah peran pendidikan Islam yang tidak tergantikan,” ujar Dr. Hartono di hadapan peserta.
Dosen UIN Suska Riau ini menekankan bahwa era Society 5.0 menuntut PAI mengintegrasikan nilai agama dengan literasi digital. Guru, kata dia, tidak lagi sekadar penyampai materi, tetapi juga fasilitator, inspirator, dan teladan akhlak di ruang digital.
“Guru dan siswa harus melek literasi digital sekaligus literasi spiritual. PAI harus hadir melalui e-learning, aplikasi Islami, hingga dakwah kreatif di media sosial,” tambahnya.
Dr. Hartono juga memaparkan strategi pembelajaran PAI yang relevan, mulai dari blended learning (tatap muka dan daring), project based learning berbasis nilai Islam, hingga pemanfaatan media interaktif seperti VR dan gamifikasi Islami.
Acara yang dihadiri puluhan peserta itu berlangsung dinamis dengan diskusi interaktif seputar tantangan PAI di tengah derasnya arus informasi, krisis moral, dan distraksi media sosial.
Dr. Hartono menegaskan, “PAI harus membentuk siswa menjadi agen perubahan yang membawa maslahat di era teknologi, bukan justru korban dari derasnya arus digital.”
Materi Dr. Hartono membuka wawasan baru tentang arah pendidikan agama di era digital. Jika rekomendasi ini dijalankan serius, kurikulum PAI SMA diyakini mampu mencetak generasi muslim moderat yang cerdas digital, tangguh menghadapi globalisasi, sekaligus kokoh dalam nilai iman dan akhlak.
Editor :Yefrizal