MUI Riau Dorong Negara Islam Satukan Strategi Atasi Krisis Pangan

Ketum MUI Riau, Prof. Dr. H. Ilyas Husti MA, membuka dan memberikan materi pada seminar Internasional komisi luar negeri dan hubungan internasional MUI Riau.
PEKANBARU - Ketua Umum (Ketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau, Prof. Dr. H. Ilyas Husti, MA, menegaskan perlunya negara-negara Islam membangun strategi bersama menghadapi krisis pangan global dan polarisasi geopolitik internasional.
Pesan ini ia sampaikan dalam forum Komisi HLNKI 2025 yang digelar di Pekanbaru, Sabtu (27/9/2025).
“Negara-negara Islam tidak boleh hanya menjadi penonton. Kita harus mandiri, berdaulat, dan bekerja sama agar tidak terus bergantung pada impor dari pihak luar,” ujar Prof. Ilyas dalam pidatonya.
Krisis Pangan Jadi Ancaman Nyata
Menurutnya, krisis pangan global dipicu oleh perubahan iklim, konflik antarnegara, dan ketidakmerataan distribusi. Situasi ini semakin diperparah oleh ketergantungan impor gandum, beras, hingga jagung dari negara-negara besar.
“Kalau ini terus dibiarkan, negara Islam akan selalu dalam posisi lemah,” tegasnya.
Prof. Ilyas menekankan tiga langkah utama: memperkuat kemandirian pangan, melakukan diversifikasi sumber pangan lokal, serta memperluas kerja sama antarnegara Islam di bawah koordinasi Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Dorong Ekonomi Syariah dan Ketahanan Energi
Selain isu pangan, Prof. Ilyas juga menyoroti polarisasi geopolitik antara Barat dan Timur yang berimbas pada harga energi, pangan, dan keamanan global. Negara Islam, katanya, harus berani mengambil posisi sebagai penengah yang adil.
“Kita perlu mengurangi ketergantungan pada dolar AS dengan mengembangkan sistem pembayaran syariah berbasis dinar emas atau mata uang digital Islam,” jelasnya.
Guru besar UIN Suska ini juga mendorong diversifikasi energi terbarukan dan solidaritas politik Islam agar tidak mudah dipecah belah oleh kepentingan luar.
Harapan Jadi Kekuatan Baru Dunia
Dalam forum itu, Prof. Ilyas menegaskan kembali bahwa dengan solidaritas, negara Islam bisa menjadi kekuatan alternatif global.
“Kalau kita kompak, negara Islam tidak hanya mampu bertahan, tapi juga bisa menciptakan tatanan dunia yang lebih adil,” katanya dengan penuh keyakinan.
Acara Komisi HLNKI 2025 ini dihadiri sejumlah akademisi, ulama, dan tokoh Riau, dan Ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, LDII, Perti dan Ormas lainnya yang membahas arah baru peran negara Islam dalam menghadapi tantangan global.
Seruan ini menambah bobot wacana bahwa negara Islam bukan sekadar objek dalam percaturan global, melainkan subjek yang punya peluang besar menjadi penentu arah dunia.
Editor :Yefrizal