Isi Workshop di MUI Riau, Dosen UIR: Peran Ganda dan Subordinasi Jadi Tantangan Berat Perempuan

Dosen Fakultas Agama Islam UIR, Assoc. Prof. Dr. Hj. Daharmi Astuti, Lc, M.A mengengsisi acara Workshop di MUI Riau.
PEKANBARU – Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Riau (UIR), Assoc. Prof. Dr. Hj. Daharmi Astuti, Lc, M.Ag, menyoroti dua tantangan berat yang masih mengakar dan dihadapi perempuan.
Dalam Workshop Komisi Pemberdayaan Perempuan, Remaja & Keluarga (PPRK) MUI Riau di Hotel KHAS, Pekanbaru, Minggu (19/10/2025) , ia memaparkan bahwa subordinasi dan peran ganda masih menjadi masalah utama.
Acara yang dihadiri Ketua Umum MUI Riau Prof. Ilyas Husti, perwakilan BEM UIN, UIR, tokoh ormas, mahasiswa, dan LAM Riau ini mengupas tuntas hak, kewajiban, serta peran keluarga dalam perspektif fiqh Islam.
Daharmi, yang juga menjabat Sekretaris Komisi PPRK MUI Riau, menjelaskan bahwa subordinasi menjadi tantangan pertama.
Menurutnya, pandangan yang menempatkan perempuan di bawah laki-laki masih ada di sebagian keluarga.
"Masyarakat masih menempatkan perempuan di bawah laki-laki, di sebagian keluarga belum memberikan hak untuk perempuan berpendapat dan mengambil keputusan baik terkait untuk dirinya sendiri ataupun orang lain," ujar Dr. Daharmi di hadapan peserta workshop.
Tantangan kedua, lanjutnya, adalah peran ganda yang kerap membebani perempuan.
Alumni Kairo, Mesir ini menyoroti bagaimana perempuan yang bekerja untuk membantu ekonomi keluarga tetap dituntut menyelesaikan tanggung jawab domestik secara penuh.
Kondisi ini berkontribusi pada kompleksitas masalah sosial, termasuk tingginya angka perceraian. Dr. Daharmi bahkan menunjukkan data Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru tahun 2024 yang mencatat 7.083 perkara Cerai Gugat (diajukan istri) , angka yang jauh melampaui 1.052 perkara Cerai Talak (diajukan suami).
Padahal, ia menegaskan bahwa dalam perspektif fiqh, Islam sangat memuliakan perempuan dan tidak mengenal diskriminasi.
Untuk mengatasi krisis ini, Daharmi menekankan pentingnya kembali pada peran fundamental orang tua. Ia mengingatkan bahwa ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga.
"Ibu sebagai pendidik pertama (al-ummu madrasatul ula) memiliki peluang besar untuk berinvestasi dalam merancang dan membentuk karakter masa depan anak terutama di masa golden age," jelasnya.
Selain itu, peran ayah juga krusial sebagai panutan utama pembentuk karakter. Menurutnya, ayah bertanggung jawab membentuk sifat disiplin , percaya diri , dan tanggung jawab pada anak.
Kerjasama ayah dan Ibu akan membentuk keluarga yang harmoni menuju ketahanan keluarga yang Islamni
Editor :Yefrizal