Galeri Dialog Lintas Generasi, Menguatkan Kohesi Sosial Antar Generasi oleh MUI Riau

Asisten I Pemerintah Provinsi Riau, Drs. Zulkifli Syukur MA, serta Ketua Umum MUI Riau, Prof. Dr. H. Ilyas Husti MA, sebagai narasumber pada dialog lintas generasi.
PEKANBARU - Komisi Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau mengadakan dialog lintas generasi dengan tujuan memperkuat kohesi sosial antara generasi tua (Gen Old) dan generasi muda (Gen Z) umat Islam pada Kamis (22/8).
Acara tersebut berlangsung di Hotel Drego, Kota Pekanbaru, dan dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Asisten I Pemerintah Provinsi Riau, Drs. Zulkifli Syukur MA, serta Ketua Umum MUI Riau, Prof. Dr. H. Ilyas Husti MA. Para peserta dialog berasal dari kalangan milenial, pondok pesantren, lembaga dakwah, dan organisasi kemasyarakatan Islam di Provinsi Riau.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. H. Ilyas Husti MA menegaskan bahwa MUI sebagai wadah musyawarah para ulama, zu'ama, dan cendekiawan Muslim di Indonesia, memiliki peran aktif dalam mengayomi umat Islam di seluruh tanah air. Salah satu peran penting MUI adalah memperkuat kohesi sosial antar generasi, terutama antara generasi tua dan generasi muda, dengan menginternalisasi nilai-nilai agama yang harmonis.
“Dengan visi menciptakan masyarakat yang diridhai Allah SWT, MUI berupaya mewujudkan khaira ummah dan kejayaan Islam dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai manifestasi rahmatan lil ‘alamin,” ujar Prof. Ilyas Husti.
Dialog ini membahas peran MUI dalam memperkuat persatuan umat melalui ukhuwah Islamiyah. MUI juga berfungsi sebagai pewaris tugas para nabi, pemberi fatwa, dan penegak amar ma'ruf nahi munkar, serta penggerak kohesi sosial antar generasi.
Kohesi sosial, sebagaimana dijelaskan dalam dialog tersebut, adalah perekat yang menyatukan masyarakat, membangun harmoni, serta menciptakan semangat untuk mencapai tujuan bersama. Dalam konteks antar generasi, kohesi sosial diperlukan untuk menciptakan kedamaian, stabilitas, dan kesejahteraan sosial.
“Generasi tua cenderung mempertahankan nilai-nilai keagamaan yang mapan, sementara generasi muda lebih terbuka terhadap teknologi dan informasi dengan pendekatan yang progresif,” jelas Prof. Ilyas. Perbedaan cara pandang terhadap agama ini seringkali menimbulkan kesenjangan komunikasi. Namun, di sisi lain, perbedaan ini membuka peluang untuk memperkuat kohesi sosial dengan menggabungkan kebijaksanaan generasi tua dan kreativitas generasi muda.
MUI telah merumuskan strategi untuk memperkuat kohesi sosial, termasuk melalui program-program dialog dan kolaborasi antara generasi tua dan muda, pendidikan agama yang inklusif, serta pemanfaatan teknologi digital. Inisiatif ini diharapkan mampu mempererat hubungan antar generasi dan menjaga keharmonisan dalam kehidupan beragama di Indonesia.
Ke depan, MUI berkomitmen untuk terus meningkatkan dialog lintas generasi dan mengembangkan program-program inovatif yang merangkul generasi muda tanpa mengabaikan tradisi yang ada. Dengan demikian, MUI berharap dapat terus mewujudkan kohesi sosial yang harmonis dan kuat di kalangan umat Islam.
Editor :Yefrizal